Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

39

Hujan itu selalu tiba-tiba Matahari dibuatnya kesal Kalau sampai hujan memberi kabar Matahari semakin kesal Sebab ia sudah biasa dengan tingkah hujan Hanya awan yang dapat menenangkannya Namun seperti rubah Matahari tak penah tahu Jika awan juga ada maksud jahat Ia selalu bisa Mengkambing hitamkan hujan Awan memang cerdik

38

Sapuan angin menerbangkan beberapa helai dosa Akankah ia ubahnya menjadi debu suci? Ataukah membawanya berlari pada peraduan Dan menjadikannya abu di kolong api neraka

37

Pada kardus cokelat usang Kutinggalkan seribu lapis debu di atasnya Akankah ia dapat hidup tenang? Perihal apa isi di dalamnya Tanyakan saja padanya Aku hanya menitipkan sebongkah ketamakan hati di sana

32

Tengang percepatan waktu Tak perlu kau risau padanya Sampai begitu kritis bertanya Kau takkan pernah tahu bagaimana percepatan waktu tercipta Sedang kau pun hanya diam Merenung Sampai pikiranmu penuh dengan keluhan

25

Kesedihan ini biarkan hadir Tak perlu angin untuk menghapus tangis Tak perlu petir untuk bersembunyi Tak perlu senja untuk melewati waktu Hanya perlu raga untuk mengikhlaskan diri

24

Seberkas sinar kasih datang menghampiri Membawa bayang kesengsaraan Membiaskan diri pada ruang kosong Mampukah ia memenuhinya? Ataukah hanya sebatas pengantar bayang?

21

Yang dikejar dari pekerja seni adalah Karya... Karya... Karya! Sampai terkadang, bahkan seringkali lupa Bahwa seni bukan logika Bahwa seni perihal merasa Bahwa seni tidak bisa dipaksa Ia selalu datang kapanpun ia mau Ia bisa bersembunyi atau bahkan menghilang Tanpa bisa dikehendaki Ia tak bisa terpenjara Namun mengikat diri Di dalam bilik kreatifitas

20

Kedamaian berusaha bergerak cepat Melebihi bintang jatuh Misi apa yang kini ia kerjakan? Sampai langitpun tergopoh-gopoh Ingin mengetahui apa sebenarnya yang terjadi Karena semalam Tuhan tak  sedang memberi tugas pada siapapun

19

Aku berusaha berlari cepat Agar bumi tak merasa menyesal Jika ia bisa bercerita padaku Bahwa harus aku saja yang ia percaya Sebab, jika ia berpindah Kemanakah aku harus menemukan peluk hangatnya? Kemanakah aku dapat merasakan kebaikan melebihi dirinya? Aku Ditelan keegoisan masa

18

kemanakah bumi mengeluh? Sebab ia tak mungkin bersandar Sampai masa seperti apa ia harus bersabar? Pernahkah ia ingin bunuh diri? Akan lari kemanakah ia, jika garis hidup hanya itu-itu saja.

15

Hujan datang dengan tergesa-gesa Membawa tetesan rindu yang hampa Mengingatkan aku pada lara dan duka Apakah ia hendak menyapa? Ataulah hanya sekadar datang saja?