Judul : Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodoh Amat
Penulis : Mark Manson
Penerbit : Grasindo
Tahun : 2018
Halaman : 246
Dalam buku pengembangan diri yang mewakili generasi ini, seorang blogger superstar menunjukkan pada kita bahwa kunci untuk menjadi orang yang lebih kuat, lebih bahagia adalah dengan mengerjakan segala tantangan dengan lebib baik dan berhentj memaksa diri untuk menjadi "positif" di setiap saat.
Selama beberapa tahun belakangan, Mark Manson--melalui blognya yang sangat populer--telah membantu mengoreksi harapan-harapan delusional kita, baik mengenai diri kita sendiri maupun dunia. Ia kini menuangkan buah pikirnya yang keren itu di dalam buku hebat ini.
Manson melontarkan argumen bahwa manusia tak sempurna dan terbatas. Begini tulisnya "tidak semua orang bisa menjadi luar biasa--ada para pemenang dan pecundang di masyarakat, dan beberapa di antaranya tidak adil dan bukan akibat kesalahan anda" Manson mengajak kita untuk mengerti batasan-batasan diri dan menerimanya--baginya. Inilah sumber kekuatan yang paling nyata. Tepat saat kita mampu mengakrabj ketakutan, kegagalan, dan ketidakpastian--tepat saat kita melarikan diri dan mengelak, dan mulai menghadapi kenyataan-kenyataan yang menyakitkan--saat itulah kita mulai menemukan keberanian dan kepercayaan diri yang selama ini kita cari dengan sekuat tenaga.
"Dalam hidup ini, kita hanya punya kepedulian dalam jumlah yang terbatas. Makanya, Anda harus bijaksana dalam menentukan kepedulian Anda" Manson menciptakan momen perbincangan yang serius dan mendalam, dibungkus dengan cerita-cerita yang menghibur dan "kekinian", serta humor yang cadas. Buku ini merupakan tamparan di wajah yang menyegarkan untuk kita semua, supaya kita bisa mulai menjalani kehidupan yang lebih memuaskan dari apa adanya.
--------------------
Aku suka baca bagian "Tirani Keistimewaan"
Gempuran omong kosong yang tidak realistis dari media ini menciptakan perasaan ketidaknyamanan dalam diri kifa, dengan terlampau sering menampilkan pada kita sebuah standar yang tidak masuk akal dan mustahil dihidupi. (Hlm. 70)
Internet bukan hanya menjadi sumber informasi yang dapat diakses oleh siapa saja, ini juga menjadi sumber ketidaknyamanan, keraguan diri, dan rasa malu bagi siapa saja.
Di jaman yang serba online ini, kita banyak menemukan masalah psikologis yang tidak kita sadari, seperti tidak percaya diri, kecemburuan sosial, cyber bullying dan berbagai masalah yang bisa mengakibatkan kita stres kemudian depresi dan bahkan berujung bunuh diri karena postingan-postingan di berbagai media sosial yang mulai menggila.
Pembulian secara non verbal bisa di keluarkan secara terang-terangan melalui akun sosial media setiap penggunanya tanpa masalah nyaring apakah itu perlu dan penting untuk di posting. Mereka terlalu mengedepankan ego mereka masing-masing sebelum memposting apa yang mereka inginkan.
"Think before you say something"
Mungkin itu salah satu kalimat yang harus di ingat oleh kita. Terkadang ada orang yang ingin menyindir temannya, tetapi ada beberapa orang yang merasa postingan itu juga tertuju padanya.
Kita tidak tahu hati setiap manusia seperti apa.
Buku ini sangat di rekomendasikan untuk setiap generasi, terlebih generasi jaman sekarang yang terlalu banyak peduli dengan hal-hal yang tidak penting.
Mark pun telah menjelaskan bahwa kita memiliki jumlah kepedulian yang terbatas, namun pada kehidupan kita sehari-hari terlalu banyak tenaga yang dikeluarkan oleh beberapa orang yang merasa perlu untuk mempedulikan kehidupan orang lain seperti baju yang kita pakai, postingan kita di sosial media, sampai brand yang kita beli.
Semuanya terasa sangat penting untuk di pedulikan. Dan itu melelahkan kawan :)
Sudahi semua perilaku 'terlalu peduli' mu itu. Makanya, kita harus bijaksana dalam menentukan kepedulian kita mulai sekarang.
---------------------
"Nilai Penderitaan"
Jika penderitaan tidak bisa ditolak, jika permasalahan dalam hidup kita tidak dapat dihindari, pertanyaan yang harus kita ajukan bukan "Bagaimana saya menghentikan penderitaan?" tapi "Mengapa saya menderita--demi tujuan apa? (Hlm. 81)
Banyak sebagian dari kita terkadang merasa menderita demi sebuah ambisi dan harapan. Padahal tak semua harapan dan ambisi itu akan berbuah manis, ada pula yang kalau dipikir-pikir kita telah sia-sia dalam menghabiskan waktu demi ke ambisian dan harapan tersebut.
Banyak dari kita yang secara tidak sadar menderita demi mendapatkan kekuasaan atau kepopularitas yang bersifat sementara.
Sampai-sampai kita kehilangan makna dan jati diri kita sendiri, demi memenuhi segala harapan dalam hidup dan merasa menderita dalam setiap proses yang ada.
----------------------
Banyak petuah di luar sana yang menggunakan pendekatan yang dangkal, yaitu hanya membuat orang-orang merasa baik dalam jangka pendek, sementara masalah jangka panjang yang sesungguhnya tidak pernah terselesaikan.
Persepsi dan perasaan orang mungkin berubah, namun nilai pokok dan ukuran dari nilai tersebut, tetap sama. Ini belum bisa disebut sebuah kemajuan yang sesungguhnya. Ini hanya cara lain untuk merasa seolah-olah bahagia.
Kita harus mengendalikan makna di balik permasalahan kita seturut persepsi yang telah kita pilih, seturut standar yang telah kita tentukan untuk mengukurnya.
Komentar
Posting Komentar